6 Kisah Nyata Keajaiban Dahsyatnya Istighfar (Rahasia Hidup Sukses & Kaya) - Lafadz Istighfar merupakan salah satu dzikir untuk memohon ampun kepada Allah. Biasanya setelah salat, umat muslim tidak akan melewatkan untuk mengucapkan kalimat Astagfirullah Hal Adzim tersebut.
Harapannya, Istighfar mampu menghapuskan dosa-dosa yang diperbuat. Ternyata, tidak hanya untuk memohon ampunan, kalimat dzikir yang sering diucapkan Nabi Muhammad ini juga memiliki banyak keutamaan lain jika diamalkan.
Kisah-kisah berikut menceritakan bagaimana ajaibnya amalan Istighfar dalam kehidupan nyata :
Kisah Ajaib Pedagang Roti
Imam Ahmad rahimahullah merupakan salah satu ulama madzhab 4 yang namanya mahsyur hingga saat ini. Pada zamannya, Ia begitu dielu-elukan oleh banyak orang. Dalam sebuah kisah yang ditulis Imam al Jauzi rahimahullah dalam buku tentang Imam Ahmad dikisahkan bahwa saat sang Imam memasuki usia senja beliau begitu ingin pergi ke Negeri Syam.
Namun anehnya Imam Ahmad sama sekali tidak memiliki tujuan yang jelas kenapa Ia ingin pergi ke tempat itu. Padahal Ia harus menempuh perjalanan jauh dari kediamannya di Baghdad menuju Syam. Sesampainya di Syam, Imam Ahmad berhenti untuk menunaikan salat dzuhur. Tidak ada yang mengenalinya, mengingat zaman dahulu teknologi tidak secanggih saat ini.
Ia menunggu di masjid tersebut hingga menjelang salat Ashar. Setelah Ashar, sang Imam membaca Alquran untuk menunggu waktu Magrib dan Isya. Setelah habis malam, Imam Ahmad kemudian ingin tidur dan beristirahat di masjid tersebut.
Namun penjaga masjid tidak mengizinkan Ia tidur disana.
“Wahai syekh, anda tidak boleh tidur disini, ini peraturan silahkan pergi,” kata penjaga
Namun Imam Ahmad menolak, “Saya musafir, saya ingin istirahat disini” jawab sang Imam.
Namun sang penjaga tetap menolak dan memintanya untuk keluar lalu kemudian mengunci pintu masjid. Setelah penjaga tersebut pergi, Imam Ahmad kembali beristirahat di pelataran masjid.
Tapi, sang penjaga kembali datang dan lagi-lagi mengusirnya hingga mendorongnya menuju ke jalanan. Lalu ada tukang roti yang rumahnya tidak jauh dari masjid melihat kondisi tersebut. Tukang Roti tersebut memanggilnya
“Hai syekh, kemarilah beristirahatlah di toko ku, ”
Kemudian Iman Ahmad masuk ke toko roti tersebut. “Rumahku tidak jauh dari sini, ini toko roti ku, dibelakang sana, ada ruangan untuk beristirahat. Beristirahatlah malam ini dan besok pagi engkau bisa melanjutkan perjalanan lagi”
Setelah masuk ke toko tersebut, Imam Ahmad kemudian memperhatikan aktivitas sang penjual roti. Dan ada satu hal yang paling menarik perhatian beliau dari lelaki ini. Yakni ucapan dzikir dan doa istighfar yang terus meluncur dari mulutnya tanpa putus sejak awal ia mulai mengerjakan adonan rotinya.
Imam Ahmad yang kagum lalu bertanya “Sejak kapan Anda selalu beristighfar tanpa henti seperti ini?”
Ia menjawab, “Sejak lama sekali. Ini sudah menjadi kebiasaan rutin saya, hampir dalam segala kondisi.”
Lalu Imam Ahmad bertanya lagi “Lantas apa hasilnya”
“Ya, Allah mengabulkan semua permintaan ku” Jawabnya.
“Lalu apa permintaanmu yang belum dikabulkan Allah?” tanya Sang Imam.
Si lelaki saleh ini pun melanjutkan jawabannya dan berkata, “Sudah cukup lama saya selalu berdoa memohon kepada Allah untuk bisa dipertemukan dengan seorang ulama besar yang sangat saya cintai dan agungkan. Beliau adalah Imam Ahmad bin Hanbal!”
“Allahu Akbar! karena Istighfarmu lah Allah SWT mendatangkan saya datang ke kota mu ini tanpa alasan yang jelas, karena Istighfarmu lah Marbot Masjid melarang saya tidur di Masjid, karena Istighfarmulah engkau menawarkan aku istirahat ditempatmu. Saya lah Ahmad bin Hanbal…
Masya Allah, Allah SWT mendatangkan Imam Ahmad ke rumahnya karena Istighfarnya.
Ajaibnya Istighfar Seorang Ibu
Kisah selanjutnya belum lama terjadi yang bercerita tentang seorang ibu yang berada di tinggal wilayah Khasmir. Ibu ini memiliki anak perempuan yang memiliki penyakit tulang. Si Ibu selalu berdoa kepada Allah SWT sambil beristighfar. Pasalnya dia sudah membawa anaknya ke dokter di sekitar wilayahnya namun tidak mendapatkan hasil.
Mereka hanya bilang bahwa hanya ada satu dokter yang mampu menangani penyakit ini. Dokter tersebut seorang muslim shli spesialis tulang, namun sayangnya Ia tinggal sangat jauh yakni di India.
Sang Ibu mengetahui jika dirinya tidak memiliki kemampuan untuk pergi ke India membeli tiket pesawat, makan selama di sana dan biaya berobatnya. Maka ibu ini hanya memperbanyak doa dan Istighfar.
Ringkas cerita, dokter yang menjadi target keluar dari India untuk mengisi sebuah acara dan melewati wilayah Khasmir.
Tiba-tiba pilotnya bilang tidak bisa terbang karena ada hujan badai dan harus turun di wilayah ini. Setelah turun tiba-tiba berkata “saya harus menghadiri seminar, berapa jauh lagi wilayah ini dari tempat tujuan”
Ternyata waktu yang dibutuhkan untuk sampai sekitar empat jam, sehingga sang dokter memilih untuk menyewa mobil karena waktu untuk seminar sekitar enam jam lagi.
Akhirnya ia meninggalkan Bandara untuk menuju lokasi seminar. Namun sayang, baru sebentar meninggalkan bandar hujan semakin lebat sehingga supir tidak bisa melanjutkan perjalanan. Karena jika dipaksakan maka mereka akan menghadapi badai.
Akhirnya dokter menyetujui untuk beristirahat dengan mendatangi rumah penduduk setempat. Rumah tersebut tampak tua yang terbuat dari kayu yang reot. Lalu dokternya mengetuk pintu, mengucapkan salam dan meminta bantuan agar sang pemilik rumah memberikan tumpangan.
Lalu sang dokter masuk dan si ibu mengambilkan minuman. Ketika sang dokter berada di ruang tamu, anak si ibu ini menangis kesakitan dikamar. Lalu dokter bertanya
“Kenapa anak ibu menangis” tanya dokter
“Sakit tulang” jawab sang ibu
“Kenapa tidak dibawa ke dokter?”
”Sudah, tapi kata dokter mereka tidak bisa menyembuhkan. Yang bisa menyembuhkan hanya dokter yang bernama si Fulan,”
Dokternya lalu berkata segala puji bagi Allah yang mendatangkan saya ke rumah ibu. Saya ini dokter yang ibu maksud. Allah datangkan ke rumahnya justru hanya dengan Istighfar, tanpa biaya dan gratis. Masya Allah.
Berkah Merutinkan Istighfar Selamat dari Fitnah
Kisah selanjutnya datang dari dokter spesialis jantung yang bernama Dr. Khalid Jubai. Ia mengalami keajaiban Istighfar dalam hidupnya. Pada suatu ketika, Dr. Khalid Jubai mendapat fitnah dari rekan sekantornya. Jika fitnah tersebut berhasil dibuktikan, maka sang dokter ternacam dipensiunkan dini dari rumah sakit.
Hal ini membuatnya gusar hingga begitu tersiksa batin. Meski demikian, ia berjuang untuk memulihkan nama baik. Tapi upayanya tidak cukup untuk bisa melawan rekan sekantornya yang menebar fitnah. Kondisi ini sempat membuatnya putus asa hingga beberapa saat.
Namun keajaiban mulai terjadi ketika Ia mendatangi masjid. Setelah salat, ia teringat sesuatu yang mengubah pemikirannya. Selama ini semua orang yang sakit datang kepadaku dengan harapan besar agar aku mengobati mereka, tapi mengapa sekarang aku sendiri justru tidak mampu,” pikir beliau.
Selanjutnya tiba-tiba beliau teringat keutamaan istighfar, dan merasakan adanya dorongan yang sangat kuat untuk melakukannya. Maka sepanjang perjalanan pulang beliaupun mulai mengulang-ulang bacaan istighfar ini:
“Astaghfirullahal-ladzi la ilaha illa Huwal-Hayyul-Qayyum, wa atubu ilaih”
(Aku bersitighfar memohon ampun kepada Allah, Yang tiada tuhan yang berhak diibadahi selain Dia, Yang Maha Hidup, Yang Maha Mengurus, dan aku bertobat kepada-Nya) HR. Al-Hakim dari Ibnu Mas’ud dan At-Tirmidzi dari Bilal bin Yasar bin Zaid.
Sesampainya di rumah, ada perasaan lega yang begitu dasyat. Ia mengalami semacam pengalaman spiritual yang merasuk ke dalam hati beliau. Sehingga beliaupun tak henti membaca lafadz istighfar tersebut, setiap saat dan dalam segala kondisi.
Singkat cerita, hingga pada suatu waktu, semua tuduhan yang menjadi rumor buruk terhadapnya ternyata tidak terbukti. Tentu saja beliau terkejut sekaligus bersyukur mengetahui kabar ini. Dengan begitu beliau menjadi bebas dari sanksi pemberhentian kerja dan namanya pun menjadi bersih kembali.
Tak cukup sampai disitu, akibat fitnah yang dialamatkan kepada beliau tidaklah terbukti, 5 koleganya yang melaporkan beliau itu pun turut menerima konsekuensi atas tuduhan yang tidak berdasar tersebut, diantara mereka ada yang dimutasi dari tempat dan posisi kerjanya semula, ada yang justru dipensiundinikan, ada yang mengakui perbuatannya dan meminta maaf kepada beliau dan instansi terkait.
Kisah Karyawan Maskapai Penerbangan
Selalu ada keajaiban dalam setiap amal yang dilakukan dengan ikhlas dan istiqamah oleh seorang hamba. Dalam kisah yang dituturkan oleh Kiyai Haji Muhammad Arifin Ilham dalam sebuah kajian di bilangan Pagedangan Kabupaten Tangerang ini, seorang karyawan maskapai penerbangan Saudi Airline yang rajin mewiridkan istighfar mendapatkan keajaiban yang sama sekali tidak masuk akal. Sangat mencengangkan baginya.
Sang karyawan merupakan sosok teladan. Rajin mendirikan shalat berjamaah di masjid, sangat menggemari amalan-amalan sunnah, dan terbiasa menjalankan riyadhah berupa dzikir-dzikir ma’tsur. Salah satu yang paling sering dikerjakan dan hampir tidak pernah ditinggalkan, dia melazimkan membaca istighfar sebanyak mungkin saban hari. “Tidak pernah dihitung. Lebih dari seribu istighfar dalam sehari.” tutur Kiyai yang mendirikan dan memimpin Majlis az-Zikra ini.
Hingga suatu hari, dia mendapatkan panggilan mendadak dari perusahaan tempatnya bekerja. Harus berangkat. Tak boleh izin. Sekitar jam dua dini hari, laki-laki ini bergegas. Ia mengendarai mobilnya dengan kencang. Kecepatan penuh karena harus segera sampai di lokasi kerja.
Lantaran sisa kantuk dan gelapnya jalan, di tengah perjalanan, mobil yang dikendarai menabrak bendak bergerak. Keras. Seketika kaget. Panik.
Beruntung, laki-laki ini mampu menguasai dirinya. Segera menepi. Lalu keluar dari kendaraan untuk mengecek apa yang sebenarnya terjadi.
Bersamaan dengan itu, beberapa orang terlihat oleh si laki-laki keluar dar mobil mewah. Keluaran pabrikan ternama dari Jerman. Mobil yang harganya melangit. Sebelum dia tunai mendekat, umpatan, caci maki, dan kemarahan sudah terlontar dari sosok pemilik kendaraan mewah tersebut.
Kepanikan sang laki-laki semakin bertambah. Pikirannya terbayang pada angka-angka yang amat banyak untuk mengganti kerusakan akibat sentuhan mobilnya di mobil mewah sosok yang tengah marah-marah.
Ia tak bisa berkutik. Membela diri pun percuma. “Baiklah, mari lihat kerusakannya. Berapa yang harus saya keluarga untuk keperluan perbaikan mobil mewah Anda.” kata si laki-laki tegas.
Mereka pun berjalan menuju ke bagian belakang mobil. Agak lama berkeliling mencari lecet atau penyok, rupanya mobil itu baik-baik saja. Utuh. Padahal, “Hentakannya keras. Minimal penyok. Si laki-laki mengendarai mobil dengan kecepatan penuh.” ujar Kiyai Arifin.
Ketika akhirnya tak dijumpai satu mili kerusakan atau lecet, laki-laki ini bisa bernafas lega. Sang pemilik mobil pun bingung, lalu mengizinkan laki-laki tersebut untuk melanjutkan perjalanan.
Banyak Istighfar Datangkan Rezki Berlimpah
“Suamiku meninggal dunia, sedang aku masih berusia 30th. aku mempunyai 5 orang anak laki-laki dan perempuan.
Maka dunia ini terasa gelap bagiku dan tiada hentinya aku menangis sehingga aku mengkhawatirkan kesehatan mataku.
Aku terus meratapi nasibku dan aku merasa putus asa. Kesedihan dan kecemasan menghimpit diriku..
Anak-anakku masih kecil semuanya. Sedang kami tidak punya pemasukan yang dapat mencukupi kebutuhan hidup kami.
Aku bertahan hidup dari sedikit harta yang diwariskan oleh bapak dari anak-anak kami yang kubelanjakan dengan sehemat mungkin.
Ketika aku sedang didalam kamar, kuhidupkan radio untuk mendengarkan bacaan Al-Quran. Kemudian ada seorang syaikh dalam siarannya bertutur :
“Barang siapa yang banyak membaca istighfar, niscaya Allah akan menjadikan baginya jalan keluar dari setiap kesusahannya dan menjadikan kelapangan dari setiap kesempitannya.”
Sesudah itu aku pun banyak membaca istighfar dan memerintahkan kepada semua anakku untuk melakukan hal yang sama.
Demi Allah, setelah enam bulan kemudian, tiba-tiba ada panggilan dari pihak perencanaan tata kota yang hendak membeli sebidang tanah yang sudah sejak lama kami miliki.
Aku pun mendapatkan imbalan uang yang cukup banyak dari pihak penggarap proyek.
Selanjutnya, anakku yang pertama dapat sekolah di daerah tempat kami berada. Ia berhasil menghafalkan al Quran dan menjadi pusat perhatian dan simpati orang banyak.
Kini rumah kami dipenuhi kebaikan dan kehidupan kami menjadi sejahtera. Allah memperbaiki keadaan semua anak laki-laki dan anak perempuanku.
Kini lenyap semua kesusahan, kecemasan, dan kesedihan yang sebelumnya begitu mencekam diriku dan aku pun berubah menjadi wanita yang paling bahagia…..
Dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menunjukkan bahwa memperbanyak istighfar merupakan salah satu kunci rezki :
“Barang siapa memperbanyak istighfar; niscaya Allah memberikan jalan keluar bagi setiap kesedihannya, kelapangan untuk setiap kesempitannya dan rizki dari arah yang tidak disangka-sangka” (HR. Ahmad dari Ibnu Abbas).
Keajaiban Istighfar Mukidi dan Dompetnya
Sore di Banda Aceh. Senja sudah mulai turun. Jalanan ramai dengan kendaraan. Mukidi menunggui mobil yang sedang diperbaiki di salah satu bengkel yang berada di Peunayong. Sudah dari kemarin Mukidi datang ke kota ini. Ada banyak urusan yang kudu diselesaikan. Niatnya malam ini harus kembali ke Tapaktuan.
Lagi suntuk-suntuknya menunggu tiba-tiba Mukidi teringat dengan dompet tempat Mukidi banyak menaruh kartu-kartu penting. Ada kartu pegawai, kartu BPJS, dan kebanyakan uang plastik. Jantung langsung copot. Tak ada! What? Astaghfirullah. Kemana dompet itu? Mukidi memeriksa tas kecilnya bermerek Bodypack warna hitam. Tak ada.
Mukidi langsung teringat dengan tempat-tempat terakhir yang disambangi bersama kawannya. Pertama, masjid Kodam, warung makan, becak motor, toko aksesoris handphone, warung kecil, dua warung kopi, lalu toko roti tempat Mukidi membeli roti gandum. Rencananya, Mukidi harus satu persatu telusuri toko itu yang kebetulan semua berdekatan dengan bengkel. Jalan kaki juga tak apa-apa.
Mukidi pamit kepada temannya untuk mencari dompet dengan warna kuning itu. Sangat mencolok. Ini bukan dompet yang biasa untuk menyimpan uang, KTP, dan SIM. Ini khusus kartu-kartu. Terlalu tebal untuk dikumpulkan jadi satu di dompet coklat kumal Mukidi. Dompet kuning ini merupakan cinderamata saat ia mengikuti SpecTaxcular 2016.
Sebagai manusia biasa, panik tentu saja ada. Panik bukan karena uangnya akan dijebol, melainkan karena ribetnya mengurus satu per satu kartu itu. Mukidi memperbanyak istighfar ketika menyusuri jalanan untuk mencari dompet. Sambil menambah keyakinan positif bahwa dompet itu insya Allah akan ditemukan.
Pertama, Mukidi mau susuri warung makan tempat mereka makan siang setelah salat Jumat. Sesampainya di sana, pelayannya bilang kalau barusan ada yang membersihkan warung dan tidak menemukan dompet itu. Mukidi meninggalkan nomor telepon dan meminta nomor salah satu pelayannya kalau-kalau dompet itu ditemukan.
Bergegas Mukidi berjalan ke masjid Kodam. Jaraknya 100 meter dari warung makan ini. Mukidi teringat mengapa dompet itu jadi tercecer begini. Sebelum salat Jumat, sewaktu mereka memasuki kompleks masjid yang dijaga ketat itu, ada Polisi Militer yang menghampiri sambil memerintahkan mereka menaruh tas yang dibawa.
Tas kecil Mukidi diminta untuk ditaruh di pos penjagaan. “Ambil semua benda yang berharga,” katanya. Risiko salat di masjid kompleks militer ya begini apalagi di daerah yang pernah konflik. Mukidi mengambil dompet uang, dompet warna kuning itu, handphone, dan sebotol air minum. Mukidi sudah feeling sebenarnya. Kalau sudah begini rawan tercecer. Saat ke toilet masjid pun Mukidi benar-benar masih ingat dan menjaga betul ketiga barang itu.
Saat salat Jumat dimulai, Mukidi menaruh semua barang printilan itu di depannya. Kemudian setelah selesai, Mukidi segera pakai sepatu sambil duduk di teras masjid, di sanalah semua itu bermula. Sambil duduk Mukidi menaruh dompet kuning itu di sampingnya. Dan terlewat. Lupa!!!
Mukidi bergegas keluar kompleks masjid sambil mengambil tas kecil di penjagaan. Tidak ada yang aneh pada saat itu. Kemudian sadarnya adalah berjam-jam setelahnya.
Sambil beristighfar, sekarang Mukidi pergi ke masjid Kodam. Nama masjidnya lupa, padahal Mukidi sering ke masjid ini kalau lagi ada dinas di Banda Aceh. Hotel Medan tempat Mukidi biasa menginap jaraknya tak seberapa jauh dengan masjid ini.
Mukidi melewati pintu kecil kompleks dekat masjid yang pada saat itu sedang sepi dan segera menuju pos penjagaan. Kali saja mereka melihat barang yang tercecer di pos penjagaan. Ada seorang prajurit TNI sedang duduk di sana. Dan dia adalah orang yang meminta Mukidi meletakkan tas kecilnya di pos, tadi siang.
“Assalaamu’alaikum Pak. Mau Tanya. Bapak melihat dompet kecil warna kuning enggak ya Pak?” tanya Mukidi.
“Dompet kecil isinya apa?” tanya dia sambil bergegas masuk ke dalam ruangan kecil di dalam pos.
“Banyak pak, kartu-kartu saya,” jawab Mukidi.
Prajurit itu keluar sambil membawa sesuatu barang berwarna kuning.
“Alhamdulillaah,” teriak Mukidi.
“Namanya siapa?” tanyanya.
“Mukidi Pak,” jawab Mukidi sambil menyodorkan KTP dan SIM kepadanya.
“Kok beda mukanya?”
“Iya Pak, Itu waktu saya gemuk, sekarang sudah kurusan,” jawab Mukidi.
“Kok bisa?”
“Olahraga Freeletics dan jaga makan Pak. Enggak makan nasi,” jawab Mukidi lagi.
Akhirnya perbincangan pun mengalir. Namanya Kopral Dua Juniadi. Usianya lebih muda daripada Mukidi. Dia punya saudara di Warung Jambu, Bogor. Katanya, dompet Mukidi itu ada yang mengantarkannya ke pos penjagaan sehabis salat Jumat. Tidak ada nomor yang bisa dihubungi dalam dompet itu. Jadi Kopda Juniadi tak bisa menghubungi Mukidi. Ini murni kelalaian Mukidi, di dompet itu tidak ada sama sekali nomor telepon. Umurnya juga tidak bisa dibohongi. Memori Mukidi sudah dol, gampang lupa.
Tapi Kopral Juniadi kaget sewaktu Mukidi kasih tahu kalau Mukidi sudah punya anak tiga dan umurnya lebih tua daripada Kopral itu. Mukidi juga mengenalkan Freeletics dan cara diet kepadanya. Syukurnya Kopda Juniadi tidak merokok lagi. Kejutan sekali loh. Ada laki-laki di Serambi Mekkah yang tidak merokok. Setidaknya dia sudah mencegah satu hal yang menjadi alasan untuk selalu sakit. Kopda Juniadi sudah punya modal untuk hidup sehat.
Mukidi mengucapkan terima kasih banyak kepadanya. Sambil memberikan sedikit buat ngopi-ngopi yang bisa Mukidi beri sebagai tanda terima kasih. Awalnya menolak dan Alhamdulillah beliau mau menerima. Mukidi paham posisi sang Kopral sebagai abdi Negara tetapi ini bukan suap bukan apa. Ini sekadar awal persahabatan dan persaudaraan mereka. Bahkan beliau mendoakan Mukidi supaya tambah rezekinya. Amin.
Upayanya sungguh tak bisa dihargai dan dinilai dengan uang. Makanya Mukidi berdoa juga semoga Allah memberikan banyak keberkahan hidup kepada Kopda Juniadi. Mukidi juga mendoakan kepada anonim yang telah menemukan dompetnya ini dan dengan keikhlasannya menyerahkannya kepada Kopda Juniadi. Semoga Allah memberikan surga untukmu Bang.
Masih banyak orang jujur di negeri ini. Semoga ini menjadi tanda-tanda keberkahan di negeri Aceh yang bersendi syariah ini. Kata ustad, salah satu tanda keberkahan di suatu negeri adalah aman. Dan di Tapaktuan contohnya saja, tempat Mukidi tinggal selama tiga tahun ini, banyak sekali orang yang masih menaruh motornya di depan rumah semalaman, seakan-akan enggak khawatir dengan adanya maling motor yang mengincar. Kalau di Jabodetabek, meleng sedikit bisa lenyap itu motor.
Sekali lagi, semoga ini tanda-tanda banyaknya keberkahan. Walaupun tidak dimungkiri ada juga kriminalitas di Negeri Aceh Tempat Penuh Kedamaian ini. Saat berpisah dengannya tak lupa Mukidi menyimpan nomor telepon Kopda Juniadi.
‘Ala kulli hal, rezeki memang tiada kemana. Kalau memang rezekinya, ya rezeki itu tetap akan datang kepada pemilik seberapa pun mustahilnya. Kalau memang bukan rezekinya, ya rezeki itu tetap akan lepas seberapa erat memegangnya. Buat Mukidi ini semata pertolongan Allah. Semoga bukan istidraj.
Semoga ini berkah dari sedekah dan istighfar yang senantiasa dikerjakan. Karena Mukidi yakin sedekah dan istighfar itu adalah dua pintu keluar dari setiap kesulitan dan kesempitannya. Walau diri Mukidi ini masih bakhil dan mulutnya masih berat untuk selalu meminta ampunan-Nya.
Banyak sekali pelajaran yang Mukidi ambil dari peristiwa ini. Menurut Mukidi, sedekah itu adalah premi asuransi perjalanan hidupnya. Harta yang disedekahkan itu adalah harta milik Mukidi yang sesungguhnya. Bukan harta yang berada di rekening tabungan dan depositonya.
Orang yang bakhil itu adalah musuhnya Allah sekaligus dibenci manusia. Jadilah orang yang punya mental kaya dengan tangan yang senantiasa di atas, bukan di bawah. Banyak-banyaklah berdoa, karena doa itu mampu mengubah takdir. Dawamkan selalu setiap pagi doa-doa perlindungan kepada Allah dari hal-hal yang jelek. Begitulah kira-kira prinsip
hidup yang bisa di-quotes oleh Mukidi.
Ini adalah kesekian kali keajaiban yang terjadi karena sedekah dan istighfar. Semoga Allah mengampuni Mukidi dan kita semua serta semoga yang sedikit ini bisa bermanfaat buat orang yang membacanya.
Maka marilah kita memperbanyak istighfar dengan penuh keikhlasan, niscaya kelak kita akan memanen buahnya… Perbanyaklah terus ber-istighfar dan jangan pernah berputus asa!