Full width home advertisement

Post Page Advertisement [Top]

Disunatkan bagi suami bersikap lemah lembut dan ramah tamah kepada isteri, misalnya dengan cara menyuguhkan sesuatu untuk diminum atau dimakan bagi kedua pasangan. Perbuatan ini pernah dilakukan oleh nabi terhadap isterinya, siti Aisyah, melalui hadits riwayat dari Ahmad dalam musnadnya bahwa Asma' binti Yazid bin As-Sakan berkata; "Aku pernah menghiasi Aisyah untuk menyenangkan rasulullah saw. Lalu aku datang kepada rasul dan memintanya untuk menyerahkan hadiah kepada mempelai wanita (Aisyah). Selanjutnya rasulullah mendatangi Aisyah dan duduk di sampingnya. Susu pun dihidangkan dan rasul meminumnya, setelah itu susu diberikan kepada Aisyah. Dengan perasaan malu Aisyah menundukan kepala. Kemudian Asma' berkata; "Ambilah gelas itu dari tangan nabi." Aisyah pun mengambil gelas itu dan meminumnya sedikit. Lalu nabi berkata; "berikanlah sisanya kepada sahabat karibmu."

Mengapa Wanita Harus Diperlakukan Dengan Lemah Lembut

Malam pertama merupakan faktor penting dalam kehidupan seorang isteri di dalam menembuhkan benih cinta. Bisa pula malam pertama menumbuhkan sifat kebencian, jika tidak dilakukan dengan mesra. Karena itu sebaiknya bagi isteri tidak menampakan sikap berlebihan dalam menghindari suaminya. Tidak mengapa ia menghindari suaminya secara wajar sebagai kemanjaan, demi menjaga gairah suaminya agar tetap berkobar dan kuat. Penolakan isteri secara berlebihan dapat menyulitkan suami dalam memecahkan keperawanannya dan menikmati malam yang penuh dengan kebahagiaan. Bisa saja sikap yang berlebihan akan menghilangkan hasrat suami melakukan hubungan seksual, sehingga membutuhkan waktu yang lama dalam menyesuaikan diri.


Sikap Aisyah menunjukan sikap ke manjaannya dengan memperlihatkan sikap malu.


Memang sikap manja ini penting sebagai pendorong simpati pria dan mendorong kekuatannya. Tetapi sikap inipun jangan terlalu berlebihan, karena akan menimbulkan kejenuhan dan kebencian sang suami pada isteri.


Di antara pesan rasulullah kepada suami diharapkan suami dapat menggauli isteri dengan cara yang baik. Sebab baik tidaknya interaksi suami akan terlihat di saat malam pertama. Jika suami berinteraksi secara baik di malam pengantin dengan menumbuhkan sikap sayang kepada isterinya, lembat lembut dalam tutur kata dan penuh kemesraan, maka itu merupakan awal yang baik bagi kelangsungan rumah tangga yang harmonis dan bahagia. Allah SWT berfirman :


"Dan bergaullah kepada mereka dengan baik. Jika kamu tidak menyukai mereka (maka bersabarlah karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikannya kebaikan yang banyak."


Ayat ini memerintahkan suami agar bergaul dengan isteri secara baik, sehingga tercipta hubungan yang harmonis di antara mereka.


Hadits Tentang Lemah Lembut Kepada Wanita


Pergaulan yang harmonis akan menenangkan jiwa yang resah dan kedamaian dalam hidup. Yahya bin Abdul Rahman al Handzali menggambarkan sebuah hubungan yang harmonis lewat petikan hadits rasul, ia berkata; "Ketika aku mendatangi Muhammad bin Hanafiyah, ia keluar menghampiriku dengan selimut merah, pada jenggotnya ada seberkas wewangian. Lalu aku tanyakan; 'apa itu ? tanyaku! Jawab Muhammad; Ini Selimut merah yang telah dilipatkan oleh isteriku dan ia memakaikan minyak wangi pada jenggotku ini. Mereka menyukai kita sebagaimana kita menyukainya. Ibn Abbas amat menyukai perlakuan manja pada isteri. katanya; aku suka berhias untuk isteriku dan isteriku suka berhias untukku. Perbuatan yang baik dan harmonis ini diperkuat dengan sabda rasulullah saw :


"Sebaik-baik kalian [umat islam] adalah mereka yang paling baik kepada keluarganya dan aku [rasulullah] merupakan orang yang terbaik bagi keluargaku." (HR. Thabrani)


Imam Turmudzi dan Nasa'l meriwayatkan sebuah hadits dari rasulullah saw bersabda;


"Sepaling sempurna iman seseorang adalah mereka yang terbaik dalam akhlaknya dan sepaling lembut pada isterinya." (HR. Bukhari)


Dari hadits ini mengisyaratkan kesempurnaan iman seseorang terlihat pada akhlaknya dan sikap lemah lembut pada isterinya. Nabi telah mempraktekan sebuah keluarga yang harmonis, di mana beliau sering bersenda gurau dengan isterinya dan bermain bersama-sama. Hadits riwayat Aswad bin Yazid mengilusstrasikan kondisi harmonis rumah tangga rasulullah saw. Aisyah pernah ditanya oleh Aswad mengenai pekerjaan nabi di saat berada di rumah, katanya; "apa yang dilakukan rasulullah saw saat berada di rumah? Jawab Aisyah; beliau melakukan pekerjaan isterinya. Tetapi di kala adzan tiba beliau keluar untuk melaksanakan shalat." (HR. Bukhari)


Rasulullah sering melakukan pekerjaan wanita semisal menjahit sandal, memerah susu kambing dan melayani dirinya sendiri. Perbuatan tersebut tidak dianggap aib jika seorang suami memiliki waktu senggang. Sebab dengan perbuatan yang baik itu menghargai keberadaan isteri, ia mendapatkan penghargaan dari suami


bukan diskriminasi yang diterima. Namun jika suami tidak memiliki waktu senggang karena kesibukan mencari nafkah, sebaiknya kondisi demikian bisa dimaklumi oleh seorang isteri sebagai pembagian tugas rumah tangga.

Bottom Ad [Post Page]

| Designed by Colorlib