Full width home advertisement

Post Page Advertisement [Top]

 1. SAHABAT YANG TAK PERNAH LENGAH


Pada suatu malam ketika Rabi'ah sedang shalat di suatu tempat sunyi (pertapaan kaum sufi), la merasa sangat letih sehingga jatuh tertidur. Demikian nyenyaknya ia tidur sehingga ketika matanya berdarah tertusuk ilalang dari tikar yang ditidurinya, la sama sekali tidak menyadarinya.


Seorang maling masuk menyelinap ke dalam pertapaan itu, dan mengambil cadar Rabi'ah. Namun ketika ia hendak menyingkir dan tempat itu ia tak menemukan jalan keluar, semua jalan keluar telah tertutup Lalu dilepaskannya cadar itu dan ditinggalkannya tempat itu, secara aneh tiba-tiba jalan keluar telah terbuka kembali. Maling itu kesenangan segera diambilnya lagi cadar Rabi'ah. Namun begitu ia hendak keluar, lagi-lagi jalan keluar telah tertutup lagi. Sekali lagi dilepaskannya cadar itu. Tujuh kali perbuatan serupa itu diakukannya Kemudian terdengarlah olehnya sebuah suara dari pojok pertapaan itu.

Kumpulan Hikmah Kisah Rabi'ah Binti Ismail Al Adawiyah

Hai manusia, tiada gunanya engkau mencoba-coba. Sudah bertahun-tahun Rabi'ah mengabdi kepada Kami. Syaitan sendiri tidak berani datang menghampirinya. Tetapi betapakah seorang maling memiliki keberanian hendak mencuri cadarnya? Pergilah dari sini hai manusia jahanam ! Tiada gunanya engkau mencoba-coba lagi Jika seorang sahabat sedang tertidur maka Sang Sahabat bangun berjaga-jaga


2. JANJI TUHAN PASTI DITEPATI


Dua orang tokoh agama datang mengunjungi Rabi'ah dan keduanya merasa lapar. "Mudah-mudahan Rabi'ah menyuguhkan makanan kepada kita," kata mereka. "Makanan yang disuguhkan pastilah diperoleh secara halal."


Ketika mereka duduk, di hadapan mereka terhampar serbet diatasnya ada dua potong roti. Melihat hal ini mereka sangat gembira. Tetapi pada saat itu juga ada seorang pengemis datang dan Rabi'ah memberikan kedua roti itu kepadanya. Kedua tokoh agama Itu sangat kecewa, namun mereka tidak berani berkata apa-apa. Tak berapa lama kemudian masuklah seorang pelayan wanita membawakan beberapa buah roti yang masih panas.


"Majikanku menyuruhku untuk mengantarkan roti-roti ini ke padamu," kata si pelayan.


Rabi'ah menghitung roti-roti kesemuanya ada delapan belas buah. 


"Mungkin roti-roti ini bukan untukku," kata Rabi'ah.


Si pelayan berusaha meyakinkan Rabi'ah namun percuma saja Akhirnya roti-roti itu dibawanya kembali. Pelayan itu menyalahkan dirinya sendiri. Ia menyangka Rabi'ah tidak mengetahui perbuatannya bahwa ia telah mengambil dua potong roti untuk dirinya sendiri sehingga roti yang berjumlah dua puluh itu tinggal delapan belas. Maka ia segera meminta dua potong roti lagi kepada majikan nya dan kembali lagi ke tempat Rabi'ah. Roti-roti itu dihitung oleh Rabi'ah. Ternyata jumlahnya genap dua puluh buah. Barulah Rabi'ah. mau menerimanya. 


Roti-roti ini memang telah dikirimkan majikanmu untukku." kata Rabi'ah.


Kemudian Rabi'ah menyuguhkan roti-roti tersebut kepada ke dua tamunya tadi. Keduanya makan namun masih dalam keadaan terheran-heran.


"Apakah rahasia di balik semua ini ?" mereka bertanya kepada Rabi'ah "Kami ingin memakan rotimu sendiri tapi engkau malah memberikannya kepada seorang pengemis. Kemudian engkau mengatakan kepada pelayan tadi bahwa kedelapan belas roti itu bukan. lah diberikan untukmu, tetapi ketika semuanya berjumlah dua puluh engkau baru menerimanya ?"


Rabi'ah menjawab, "Sewaktu kalian datang, aku tahu bahwa kalian sedang lapar. Aku berkata kepada diriku sendiri, betapa aku tega untuk menyuguhkan dua potong roti kepada dua orang pemuka agama yang terhormat ? Itulah sebabnya mengapa ketika si pengemis itu datang aku segera memberikan dua potong roti itu kepadanya dan aku berkata kepada Allah Yang Maha Besar. Ya Allah, Engkau telah berjanji bahwa Engkau akan memberikan ganjaran sepuluh kali lipat dan janji-Mu itu kupegang teguh. Kini telah kusedekahkan dua potong roti untuk menyenangkan hati-Mu, semoga Engkau berkenan memberikan dua puluh potong roti sebagai imbalannya. Ketika delapan belas roti itu diantarkan kepadaku, tahulah aku bahwa sebagian dari jumlah roti itu telah dicuri atau roti-roti itu bukan untuk disampaikan kepadaku."


3. SANGAT HATI-HATI


la adalah wanita yang wara'. Selalu berhati-hati, tak mau sedikitpun perutnya terisi oleh barang haram. Pada suatu hari pelayan wanita Rabi'ah hendak memasak sup bawang karena telah beberapa lamanya mereka tidak memasak makanan. Ternyata mereka tidak mempunyai bawang.


Si pelayan berkata kepada Rabi'ah, "Aku hendak meminta bawang kepada tetangga sebelah."


Tetapi buru-buru mencegah, Telah empat puluh tahun aku berjanji kepada Allah tidak akan meminta sesuatupun kecuali kepada-Nya. Lupakanlah bawang itu."


Hanya beberapa saat setelah Rabi'ah berkata demikian, seekor burung meluncur di angkasa, membawa bawang yang telah terkupas di paruhnya, lalu menjatuhkannya ke dalam belanga Menyaksikan peristiwa ini Rabi'ah berkata, "Aku takut jika semua ini adalah semacam tipu muslihat.


Rabi'ah sama sekali tidak mau menyentuh sup bawang tersebut. Hanya roti sajalah yang dimakannya.


4. CENDIKIAWAN YANG TOLOL


Seorang cendekia terkemuka di kota Bashrah mengunjungi Rabiah yang sedang sakit. Sambil duduk di sisi tempat tidur Rabi' ah, cendekia itu mencaci maki dunia


Tanpa ragu Rabi'ah berkata kepadanya, "Sesungguhnya engkau sangat mencintai dunia ini. Jika engkau tidak mencintai dunia tentu engkau tidak menyebut-nyebutnya berulangkali seperti ini. Seorang pembelilah yang senantiasa mencela barang-barang yang hendak dibelinya. Jika engkau tidak merasa berkepentingan dengan dunia ini tentulah engkau tidak akan memuji-muji atau memburuk burukkannya. Engkau menyebut-nyebut dunia ini seperti kata sebuah peribahasa, barangsiapa mencintai sesuatu hal maka ia sering menyebut-nyebutnya."


5. PENYAYANG BINATANG


Pada suatu hari Rabi'ah berjalan ke atas gunung. Segera saja ia dikerumuni oleh kawanan rusa, kambing hutan, ibeks (sebangsa kambing hutan yang bertanduk panjang) dan keledai-keledai liar. Binatang-binatang ini menatap Rabi'ah dan hendak menghampiri nya tanpa disangka-sangka Hasan Bashri datang pula ke tempat itu Begitu melihat Rabi'ah, Hasan segera menghampirinya. Tapi begitu melihat kedatangan Hasan sekawanan binatang itu lari tunggang langgang ketakutan meninggalkan Rabi'ah. Hal ini membuat Hasan jadi kecewa.


"Mengapa binatang-binatang itu menghindari diriku, sedang mereka jinak terhadapmu ?" Hasan bertanya kepada Rabi'ah. 


Rabi'ah balik bertanya. "Apakah yang telah engkau makan pada hari ini?


"Sub bawang " jawab Hasan.


"Engkau telah memakan lemak binatang-binatang itu. Tidak mengherankan jika mereka lari ketakutan melihatmu."


6. TAK SEPANTASNYA


Pada hari yang lain, ketika Rabi'ah lewat di depan Hasan. Saat itu Hasan termenung di jendela. la sedang menangis dan air mata nya menetes jatuh mengenai pakaian Rabi'ah. Mula-mula Rabi'ah mengira hujan deras, tetapi setelah menengadah ke atas dan melihat Hasan, sadarlah ia bahwa yang jatuh menetes itu adalah air mata Hasan.


Guru, menangis adalah pertanda dari kelesuan batin," ia berkata kepada Hasan. Tahanlah air matamu. Jika tidak, di dalam dirimu akan menggelora samudra sehingga engkau tidak dapat mencari dirimu sendiri kecuali pada seorang Raja Yang Mahaperkasa."


Teguran itu tidak enak di telinga Hasan, namun ia tetap menahan diri. Di belakang hari ia bertemu Rabi'ah di tepi sebuah danau Hasan menghamparkan sajadah di atas air dan berkata kepada Ra biah


Rabi ah, marilah kita melakukan shalat sunnat dua rakaat di atas air


Rabiah menjawab," Hasan, jika engkau mempertontonkan ke saktian kesaktianmu di tempat ramai ini, maka kesaktian-kesaktian itu haruslah yang tak dimiliki oleh orang-orang lain."


Sesudah berkata demikian Rabi'ah melemparkan sajadahnya ke udara. Kemudian ia melompat ke atasnya dan berkata kepada Hasan Naiklah kemari Hasan agar orang-orang dapat menyaksikan kita.


Hasan yang belum mencapai tingkat seperti itu tidak dapat berkata apa-apa. Kemudian Rabi'ah mencoba menghiburnya dan berkata, "Hasan, yang engkau lakukan tadi dapat dilakukan oleh seekor ikan dan yang kulakukan tadi dapat dilakukan oleh seekor lalat Yang terpenting bukanlah keahlian-keahlian seperti itu. Kita harus mengabdikan diri kepada Hal-hal Yang Terpenting itu."


7. MELEPAS DUNIA MEMBUANG HASRAT


Rabi'ah berpuasa seminggu penuh. Selama berpuasa itu ia tidak makan dan tidur. Setiap malam la tekun melaksanakan shalat dan berdo'a. Lapar yang dirasakannya sudah tidak tertahankan lagi. Seorang tamu masuk ke dalam rumah Rabi'ah membawa semangkuk makanan. Rabi'ah menerima makanan itu. Kemudian ia pergi mengambil lampu Ketika ia kembali ternyata seekor kucing telah menumpahkan isi mangkuk itu.


"Aku akan mengambil kendi air dan aku akan berbuka puasa." Rabi'ah berkata.


Ketika ia kembali dengan sekendi air ternyata lampu telah padam. la hendak meminum air kendi itu di dalam kegelapan, tetapi kendi itu terlepas dari tangannya dan jatuh, pecah berantakan. Ra bi'ah meratap dan mengeluh sedemikian menyayat hati seolah-olah sebagian rumahnya telah dimakan api.


Rabi'ah menangis," Ya Allah, apakah yang telah Engkau perbuat terhadap hamba-Mu yang tak berdaya lagi ini?"


Berhati-hatilah Rabl'ah," sebuah suara terdengar di telingan nya. Janganlah engkau sampai mengharapkan bahwa Aku akan menganugerahkan semua kenikmatan dunia kepadamu sehingga pengabdianmu kepada-Ku terhapus dari dalam hatimu. Pengabdian kepada-Ku dan kenikmatan-kenikmatan dunia tidak dapat dipadukan di dalam satu hari. Rabi'ah engkau menginginkan sesuatu hal sedang Aku menginginkan hal yang lain. Hasrat-Ku dan hasratmu tidak dapat dipadukan di dalam satu hari."


Setelah mendengar celaan ini Rabi'ah mengisahkan. "Aku lepaskan hatiku dari dunia dan kubuang segala hasrat dari dalam hatiku sehingga selama tiga puluh tahun yang terakhir ini, apabila melakukan shalat, maka menganggapnya sebagai shalatku yang terakhir."


8. SENJATA MAKAN TUAN


Beberapa orang mengunjungi Rabi'ah untuk menguji manusia suci ini. Mereka ingin memergoki Rabi'ah mengucapkan kata-kata yang tidak dipikirkannya terlebih dahulu.


"Segala macam kebajikan telah dibagi-bagikan kepada kepala kaum lelaki, mereka berkata "Mahkota kenabian telah ditaruh di kepala kaum lelaki. Sabuk kebangsawanan telah diikatkan di pinggang kaum lelaki. Tidak ada seorang perempuan pun yang telah diangkat Allah menjadi Nabi."


"Semua itu memang benar," jawab Rabi'ah. Tetapi kesombongan diri. memuja diri sendiri dan ucapan bukankah aku Tuhanmu Yang Maha Tinggi ? tidak pernah membersit di dalam dada seorang perempuan Dan tak ada seorangpun yang bancí. Semua itu adalah bagian kaum lelaki."


Orang-orang yang bermaksud melecehkan itu sekarang balik merasa sangat malu pada dirinya sendiri.


9. TETAP TEGUH DI KALA SAKIT


Ketika Rabi'ah menderita sakit yang gawat. Ia ditanya apakah penyebab sakitnya yang dideritanya itu


"Aku telah menatap surga," kata Rabi'ah." Dan Allah telah menghukum diriku." 


Kemudian Hasan Bashri datang mengunjungi Rabi'ah.


Hasan mendapatkan salah seorang dari pemuka-pemuka kota Bashrah berdiri di pintu pertapaan Rabi'ah. la hendak memberikan sekantong emas kepada Rabi'ah dan ia menangis, Hasan bertanya kepada mereka, "Mengapa engkau menangis ?"


Aku menangis karena wanita suci zaman ini," jawabnya "Karena, jika kehadirannya tidak ada lagi, celaka ummat manusia. Aku telah membawakan uang sekedar untuk biaya perawatannya. Tetapi "aku kuatir kalau-kalau Rabi'ah tidak mau menerimanya. Bujuklah Rabi'ah agar ia mau menerima uang ini."


Maka masuklah Hasan ke dalam pertapaan Rabi'ah dan membujuknya untuk menerima uang itu. Rabi'ah menatap Hasan dan berkata. Dia telah menafkahi orang-orang yang menghgujjah-Nya. Apakah Dia tidak akan menafkahi orang-orang yang mencintai-Nya. Sejak aku mengenalnya aku telah berpaling dari manusia ciptaan Nya Aku tidak tahu apakah kekayaan orang itu halal atau tidak. maka betapakah aku dapat menerima pemberiannya? Pernah aku menjahit pakaian yang robek dengan diterangi lampu dunia. Berapa saat hatiku lengah tetapi akhirnya akupun sadar. Pakaian itu kurobek kembali pada bagian-bagian yang telah kujahit itu dan hatiku menjadi lega. Mintalah kepadanya agar ia tidak membuatku lengah lagi


Abdul Wahid Amir dan Sofyan Ats Tsauri mengunjugi Rabi'ah ketika sakit. Tetapi karena keduanya merasa segan mereka tidak berani menegurnya atau menyapa Rabi'ah.


"Engkaulah yang berkata," kata Abdul Wahid kepada Sofyan


Sofyan kemudian berkata kepada Rabi'ah. Jika engkau ber do'a Niscaya penderitaanmu ini akan hilang.


Rabi'ah menjawab," Tidak tahukah engkau siapa yang menghendaki aku menderita seperti ini? Bukankah Allah?" 


"Ya, Sofyan membenarkan.


Betapa mungkin, engkau mengetahui hal ini, menyuruhku unTuk memohonkan hal yang bertentangan dengan kehendak-Nya ? Bukankah tidak baik apabila kita menentang Sahabat kita sendiri?"


Apakah yang engkau inginkan Rabi'ah ? Sofyan bertanya pula


Sofyan, engkau adalah seorang terpelajar! Tetapi mengapa engkau bertanya pula. Apakah yang aku inginkan ?. Demi kebesaran Allah Rabi'ah berkata tandas, "Telah dua belas tahun lamanya aku menginginkan buah korma segar. Engkau tentu tahu bahwa di kota Bashrah buah korma sangat murah harganya, tetapi hingga saat ini aku tidak pernah memakannya. Aku ini hanyalah hamba-Nya dan apakah hal seorang hamba untuk menginginkan segala sesuatu. Jika aku menginginkan sesuatu sedang Allah tidak menginginkannya, maka kafirlah aku Engkau harus menginginkan sesuatu yang diinginkan-Nya semata-mata agar engkau dapat menjadi hamba-Nya yang sejati. Tetapi lain lagi persoalannya jika Tuhan sendiri memberikannya.


Shofyan terdiam. Kemudian ia berkata kepada Rabi'ah : "Karena aku tak dapat berbicara mengenai dirimu, maka engkaulah yang berbicara mengenai diriku."


"Engkau adalah manusia yang baik kecuali dalam satu hal : Engkau mencintai dunia. Engkaupun suka membacakan hadits-hadits. Yang terakhir ini dikatakan Rabi'ah dengan maksud bahwa membacakan hadits-hadits tersebut adalah suatu perbuatan mulia." 


Shofyan sangat tergugah hatinya dan berseru: "Ya Allah, kasihanilah aku!"


Tetapi Rabiah mencela, Tidak malukah engkau mengharapkan Allah sedangkan engkau sendiri tidak menghasihi-Nya ?"


Pada suatu ketika Malik bin Dinar mengunjungi Rabi'ah. Dia menyaksikan Rabi'ah menggunakan gayung pecah untuk minum dan bersuci, sebuah tikar dan sebuah batu bata yang kadang-kadang dipergunakannya sebagai bantal. Menyaksikan semua itu hati Malik bin Dinar menjadi sedih.


"Aku mempunyai teman-teman yang kaya. Kata Malik. "Jika engkau menghendaki sesuatu akan kumintakan kepada mereka." 


"Malik, engkau telah melakukan kesalahan yang besar," jawab Rabi'ah. "Bukankah yang menafkahi aku dan yang menafkahi mereka adalah satu."


"Ya," jawab Malik.


Apakah yang menafkahi orang-orang miskin itu lupa kepada orang-orang miskin karena kemiskinan mereka? Dan apakah Dia ingat kepada orang-orang kaya karena kekayaan mereka ?" tanya Rabi'ah.


"Tidak !" jawab Malik.


"Jadi." Rabi'ah meneruskan. "Karena dia mengetahui keadaan ku, bagaimana aku harus mengingat-Nya ? Beginilah yang dikehendaki-Nya, dan aku menghendaki seperti yang dikehendaki-Nya."


10. PERGINYA WANITA SUCI


Ketika tiba saatnya Rabi'ah harus meninggalkan dunia ini. Orang-orang yang menungguinya meninggalkan kamarnya dan menutup pintu kamar itu dari luar. Setelah itu mereka mendengar suara yang berkata, Wahai jiwa yang damai, kembalilah kepada Tuhanmu dengan berbahagia.


Beberapa saat kemudian tak ada lagi suara yang terdengar dari kamar Rabi'ah. Mereka lalu membuka pintu kamar itu dan mendapatkan Rabi'ah telah berpulang ke Rahmatullah.


Setelah Rabi'ah meninggal dunia, ada yang bertemu dengan nya dalam sebuah mimpi. Rabi'ah ditanya. Rabi'ah, bagaimana engkau menghadapi Munkar dan Nankir?


Rabiah menjawab," Kedua malaikat itu datang kepadaku dan bertanya Siapakah Tuhanmu ?. Aku menjawab: Pergilah kepada Tuhanmu dan katakan kepada-Nya: Diantara beribu-ribu makhluk yang ada, janganlah Engkau melupakan seorang wanita tua yang lemah. Aku hanya memiliki Engkau di dunia yang luas, tak pernah lupa kepada-Mu, tetapi mengapakah Engkau mengirim utusan sekedar menanyakan siapakah Tuhanmu kepadaku."


11. DO'A-DO'A WANITA SUCI INI


Ya Allah, apapun yang akan Engkau karuniakan kepadaku di dunia ini, berikanlah kepada musuh-musuh-Mu, dan apapun yang akan Engkau karuniakan kepadaku di akhirat nanti, berikanlah kepada sahabat-sahabat-Mu, karena Engkau sendiri cukuplah bagiku."


"Ya Allah, jika aku menyembah-Mu karena takut kepada neraka, bakarlah aku di dalam neraka : dan jika aku menyembah-Mu karena mengharapkan surga, campakkanlah aku dari dalam surga, tetapi jika aku menyembah-Mu demi Engkau semata, janganlah Engkau enggan memperlihatkan keindahan wajah-Mu yang abadi kepadaku


"Ya Allah, semua jerih payahku dan semua hasratku di antara segala kesenangan-kesenangan dunia ini adalah untuk mengingat Engkau. Dan di akhirat nanti, diantara segala kesenangan akhirat, adalah untuk berjumpa dengan-Mu. Begitulah halnya dengan diriku, seperti yang telah kukatakan. Kini, perbuatlah seperti yang Engkau kehendaki."

Bottom Ad [Post Page]

| Designed by Colorlib